Hampir setiap kaum hawa pasti mengidamkan kulit yang mulus, putih, dan bersih. Selain dapat mempercantik diri, memiliki kulit putih diyakini dapat menumbuhkan kepercayaan diri.
Alhasil, situasi ini membuat banyak perempuan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil maksimal, termasuk dengan cara instan. Salah satunya adalah dengan melakukan suntik putih atau injeksi menggunakan laroscorbine. Ini adalah obat yang berisi vitamin C dosis tinggi berupa asam askorbat dan ekstrak kolagen.
Penggunaan laroscorbine yang disinyalir untuk memutihkan kulit, menurut dr Ferdinand, Spesialis Bedah Plastik dari Eka Hospital, pada praktiknya banyak yang salah kaprah.
Pada banyak kasus, lanjut Ferdinand, demi cepat memperoleh hasil maksimal, pratik suntik putih tidak dilakukan sesuai dengan indikasi medis. Tidak jarang pasien yang beranggapan, semakin banyak disuntik, makin cepat memutih kulitnya.
Padahal, menurut Ferdinand, itu adalah salah satu bentuk penyalahgunaan. Apabila diteruskan, hal itu bisa berdampak buruk pada organ tubuh yang lain.
"Efeknya apa? Ginjalnya yang jebol. Akhirnya bermasalah lagi. Jadi, akhirnya jadi lingkaran setan," ungkapnya di Jakarta, Kamis, (19/5/2011) kemarin.
Ferdinand menjelaskan, laroscorbine adalah vitamin yang mempunyai efek terapitid. "Vitamin C itu hanya membantu supaya sel melanin tidak terlalu agresif membelah diri," kata Ferdinand.
Perlu diketahui, melanin merupakan butir-butir pigmen yang menentukan warna kulit (putih, coke-lat, atau hitam). Pada kulit gelap, kadar melanin lebih banyak dibandingkan dengan kulit kuning kecoklatan. Proses pembuatan melanin yang terbentuk dari tirosin dipengaruhi oleh enzim, vitamin, mineral, dan sebagainya.
Ferdinand menambahkan, ada batas-batas tertentu pemutihan tidak bisa berjalan lebih lanjut. Tingkat putih maksimal kulit seseorang biasanya bisa dilihat pada lengan atas bagian dalam.
"Dia maksimal putihnya segitu. Jadi, sangat konyol kalau ada yang berpikir suntik laroscorbine orang kulit sawo matang, hitam, mau jadi putih kaya putih cina. Enggak mungkin," katanya.
Praktik ilegal
Ferdinand juga membeberkan bahwa selama ini banyak pihak yang secara tidak bertanggung jawab mengambil untung dari ketidaktahuan masyarakat. "Larascorbine dan kawan-kawan itu harganya sangat murah. Anda bisa dapat dengan harga Rp 10.000. Tapi dijual sekali suntik itu harganya Rp 600.000. Bahkan, ada beberapa center itu harganya Rp 1 juta," ujarnya.
Lantaran dapat dijadikan lahan bisnis yang menguntungkan, tak jarang laroscorbine disalahgunakan oleh oknum, baik dari masyarakat maupun dari tenaga medis, yang tergiur pada pemikiran praktis ekonomis. Mereka berpraktik bukan lagi berdasarkan indikasi kedokteran.
Oleh karena itu, Ferdinand menganjurkan kepada masyarakat yang berkepentingan dengan masalah pada kulit untuk berkonsultasi kepada orang yang berkompeten, dalam hal ini dokter spesialis kulit.
"Mereka yang punya kompetensi untuk menjelaskan secara detail. Bukan orang yang ngaku-ngaku. Sekarang banyak orang yang ngaku-ngaku karena ini bisnis besar. Jadi, tolonglah bawa ke dokter yang kompeten," pungkasnya.
Alhasil, situasi ini membuat banyak perempuan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil maksimal, termasuk dengan cara instan. Salah satunya adalah dengan melakukan suntik putih atau injeksi menggunakan laroscorbine. Ini adalah obat yang berisi vitamin C dosis tinggi berupa asam askorbat dan ekstrak kolagen.
Penggunaan laroscorbine yang disinyalir untuk memutihkan kulit, menurut dr Ferdinand, Spesialis Bedah Plastik dari Eka Hospital, pada praktiknya banyak yang salah kaprah.
Pada banyak kasus, lanjut Ferdinand, demi cepat memperoleh hasil maksimal, pratik suntik putih tidak dilakukan sesuai dengan indikasi medis. Tidak jarang pasien yang beranggapan, semakin banyak disuntik, makin cepat memutih kulitnya.
Padahal, menurut Ferdinand, itu adalah salah satu bentuk penyalahgunaan. Apabila diteruskan, hal itu bisa berdampak buruk pada organ tubuh yang lain.
"Efeknya apa? Ginjalnya yang jebol. Akhirnya bermasalah lagi. Jadi, akhirnya jadi lingkaran setan," ungkapnya di Jakarta, Kamis, (19/5/2011) kemarin.
Ferdinand menjelaskan, laroscorbine adalah vitamin yang mempunyai efek terapitid. "Vitamin C itu hanya membantu supaya sel melanin tidak terlalu agresif membelah diri," kata Ferdinand.
Perlu diketahui, melanin merupakan butir-butir pigmen yang menentukan warna kulit (putih, coke-lat, atau hitam). Pada kulit gelap, kadar melanin lebih banyak dibandingkan dengan kulit kuning kecoklatan. Proses pembuatan melanin yang terbentuk dari tirosin dipengaruhi oleh enzim, vitamin, mineral, dan sebagainya.
Ferdinand menambahkan, ada batas-batas tertentu pemutihan tidak bisa berjalan lebih lanjut. Tingkat putih maksimal kulit seseorang biasanya bisa dilihat pada lengan atas bagian dalam.
"Dia maksimal putihnya segitu. Jadi, sangat konyol kalau ada yang berpikir suntik laroscorbine orang kulit sawo matang, hitam, mau jadi putih kaya putih cina. Enggak mungkin," katanya.
Praktik ilegal
Ferdinand juga membeberkan bahwa selama ini banyak pihak yang secara tidak bertanggung jawab mengambil untung dari ketidaktahuan masyarakat. "Larascorbine dan kawan-kawan itu harganya sangat murah. Anda bisa dapat dengan harga Rp 10.000. Tapi dijual sekali suntik itu harganya Rp 600.000. Bahkan, ada beberapa center itu harganya Rp 1 juta," ujarnya.
Lantaran dapat dijadikan lahan bisnis yang menguntungkan, tak jarang laroscorbine disalahgunakan oleh oknum, baik dari masyarakat maupun dari tenaga medis, yang tergiur pada pemikiran praktis ekonomis. Mereka berpraktik bukan lagi berdasarkan indikasi kedokteran.
Oleh karena itu, Ferdinand menganjurkan kepada masyarakat yang berkepentingan dengan masalah pada kulit untuk berkonsultasi kepada orang yang berkompeten, dalam hal ini dokter spesialis kulit.
"Mereka yang punya kompetensi untuk menjelaskan secara detail. Bukan orang yang ngaku-ngaku. Sekarang banyak orang yang ngaku-ngaku karena ini bisnis besar. Jadi, tolonglah bawa ke dokter yang kompeten," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar